MAKALAH EKOLOGI
TUMBUHAN
KOMUNITAS TUMBUHAN
OLEH :
RAHMANI
1201316
PENDIDIKAN
BIOLOGI
DOSEN :
IRMA LEILANI EKA
PUTRI, S.Si.,M.Si
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Komunitas secara dramatis
berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spesies yang mereka miliki.
Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies.
Beberapa komunitasv terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa
spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama
dengan spesies yang semuanya umum ditemukan. Kelimpahan relative spesies di
dalam suatu komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya.
Sesungguhnya, istilah keanekaragaman spesies yang digunakan oleh para ahli
ekologi, mempertimbangkan kedua komponen keanekaragaman : kekayaan spesies dan
kelimpahan relative. (Campbell.2004).
Vegetasi
merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam arti luasnya. Pada umumnya, tumbuhan
terdiri dari beberapa golongan antara lain pohon yaitu berupa tegakan dengan
ciri-ciri tertentu. Kemudian dapat diketemukan semak belukar dan lain-lain
tergantung dari ekosistem yang diamati. Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang
termasuk bukan tegakan atau pohon namun berada di bawah tegakan atau pohon
(Odum, 1993).
Hutan
merupakan sumber daya alam yang merupakan suatu ekosistem, di dalam ekosisitem
ini, terjadi hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya.
Lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan meupakan suatu lingkungan tempat tumbuh
dari tumbuhan merupakan suatu sistem yang kompleks, dimana berbagai faktor
saling beinteraksi dan saling berpengatuh terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu respon tumbuhan terhadap faktor
lingkungan dimana tumbuhan tersebut akan memberikan respon menurut batas
toleransi yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut terhadap faktor-faktor
lingkungan tersebut (Indriyanto, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep komunitas
dan sifatnya.
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup
pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi. (Wolf,
1990.)
Komunitas tumbuhan adalah seluruh
populasi tumbuhan yang hidup bersama pada suatu daerah. Populasi tumbuhan ini
secara genetik terdiri dari individu-individu spesies tumbuhan dan secara
ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Ekosistem tumbuhan terdiri dari
kumpulan spesies tumbuhan yang bersama-sama membentuk suatu masyarakat tumbuhan
yang disebut komunitas.
Suatu komunitas dapat dicirikan dengan
adanya suatu unit lingkungan yang memiliki kondisi habitat utama yang seraga.
Unit lingkungan seperti ini disebut Biotop.
Contoh antara lain : hamparan lumpur, pantai pasir, dan unit lautan.
Biologi ini ditntukan oleh sifat-sifat fisik , sedangkan yang dicirikan oleh
unsur organisme, contohnya adalah padang alang-alang, hutan pinus, hutan
mangrove, dll (Ardhana.2012).
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan
terdiri dari kelompok tumbuhan yang masing-masing mempertahankan
individualitasnya. Namun adanya individualitas tumbuhan bukan berarti
menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan dalam komunitas. Hubungan
ini menurut Walter digolongkan dalam tiga kelas yaitu :
1.
Pesaing
Langsung (Direct Competitors),
terjadi persaingan terhadap sumber daya lingkungan yang sama karena menempati
strata atas maupun bawah dalam suatu lahan yang sama.
2.
Spesies
Dependen (Dependent Species),
spesies yang hanya dapat hidup pada niche tertentu hanya dengan hadirnya tumbuhan
lain. Sebagai contoh tumbuhan lumut yang hanya dapat tumbuh pada kondisi
mikroklimat tertentu yang dihasilkan oleh tegakan pohon.
3.
Spesies
Komplementer (Compementary Species),
spesies yang tidak saling bersaing dengan spesies lain karena persyaratan hidup
cukup berhasil/ puas dengan menempati strata yang berbeda atau dengan ritme
musiman yang berbeda.
Pemberian nama dalam komunitas dapat
berdasarkan pada, yaitu :
1.
Bentuk atau struktur utama jenis dominan, bentuk-bentuk hidup atau individu lainnya seperti
hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan
seperti hutan sklerofil.
2.
Berdasarkan habitat
fisik dari komunitas tumbuhan, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai
pasir, komunitas larutan, dll.
3.
Berdasarkan sifat-sifat atau
tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
4.
Berdasarkan sifat lingkungan
alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang
terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik. (Rahardjanto.2001)
Konsep dasar dalam komunitas tumbuhan, dimana istilah tumbuhan dapat
didefinisikan sebagai suatu organisme hidup yang mempunyai kemampuan menangkap
energi sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk
senyawa-senyawa organik.
Istilah tumbuhan itu ditujukan terhadap semua makhluk hidup, baik mereka
itu bersel satu ataupun bersel banyak, asalkan mereka itu memiliki
butiran-butiran hijau daun (kloroplas) yang didalamnya terdapat zat hijau daun
(klorofil). Jadi, suatu tumbuhan dapat berkisar mulai dari bentuk bakteri
hingga organisme-organisme yang nampak sebagai pohon-pohon raksasa misalnya Rasamala (Syamsurizal,2000).
Dalam analisa komunitas, dikenal istilah keanekaragaman spesies.
Dalam menentukan indeks keragaman tersebut, ada beberapa metode analisa yang
dapat digunakan, antara lain Indeks Margalelef, Indeks Simpson, Indeks
Menhenick, Indeks Brillouin, dan Indeks Shanon. Sedangkan indeks similiaritas
biasanya dianalisa dengan indeks equitabilitas (e) dengan nilai kisaran antara
0-1.
Ada tujuh faktor yang mempenagruhi keanekaragaman
spesies, yaitu :
1.
Heterogenitas
Habitat
2.
Kompetitis
3.
Ekologi Lingkungan
4.
predasi
5.
Stabilitas Lingkungan
6.
Habitat yang
produktif
7.
Waktu
Contoh komunitas :
Mangrove merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang khas
terdapat di sepanjang pantai terlindung atau muara sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Hutan mangrove sering pula disebut sebagai hutan pantai,
hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.
Mangrove berfungsi menjebak dan menahan sedimen,
merendam badai pantai dan energy gelombang, memberi perlindungan bagi juvenile
ikan dan biota avertebrata dan mengasimilasi nutrient untuk dikonversi menjadi
jaringan tumbuhan, control terhadap erosi, menetralisasi limbah cair dan
sebagai sanctuary kehidupan liar ( Clark, 1982).
Di Kabupaten Supiori, hutan mangrove ditemukan di
sepanjang pesisir Distrik Supiori Timur sampai Distrik Supiori Selatan dan
beberapa pulau kecil di Distrik Supiori Selatan. Pemandangan hutan
mangrove yang indah sepanjang pesisir sungai. Tercipta nuansa petualangan
selama perjalanan menyusuri hutan mangrove. Rangkaian perjalanan dari Desa
Doubwo melewati kawasan hutan mangrove. Terdapat begitu banyak burung kakaktua,
Nuri, ikan bawal yang bermain hingga ke permukaan muara sungai. Nuansa
transportasi sungai di sepanjang hutan mangrove. (http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika/ )
B.
Struktur dan Sifat-Sifat Komunitas
Analisis komunitas
tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan
bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang
dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi
konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil
analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari
setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif
suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat
memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada
stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Struktur komunitas
tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas.
Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu
spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah
atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan
penangkapan.
Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang
berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti
terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini
berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam
tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis
berdasarkan
perilaku fisiologi dan keturunan, sesuatu jenis tumbuhan dapat memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Evapotranspirator,
adalah kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkungannya
2. Pengumpul unsur-unsur
hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu
tumbuhan lain.
3. Pengahasil senyawa
allelokimia
4. Penyelenggara berbagai
relung ekologi (Ecological niches).
(Soemarwoto, 1983).
C.
Keanekaragaman atau Diversitas Jenis
Soetjipta, 1993 (dalam Ngurah Rai, 1999), menyebutkan ada
lima ciri komunitas yang telah diukur dan dikaji adalah:
1.
Keragaman spesies, dapat
dipermasalahkan spesies hewan dan tumbuhan yang manakah yang hidup dalam suatu
komunitas tertentu. Deskripsi spesies semacam ini merupakan ukuran sederhana
bagi kekayaan spesies atau keragaman spesies/ diversitas spesies.
2.
Bentuk dan struktur
pertumbuhan. Tipe komunitas dapat diberikan dengan kategori utama bentuk
pertumbuhan: pohon, perdu atau lumut selanjutnya ciri ini dapat di rinci ke
dalam kategori bentuk pertumbuhan lebih kecil misalnya pohon yang berdaun lebar
dan pohon berdaun jarum. Bentuk pertumbuhan ini dapat menentukan stratifikasi.
3.
Dominansi, dapat diamati bahwa tidak semua
spesies dalam komunitas sama penting menentukan sifat komunitas. Dari beratus
spesies yang mungkin ada di dalam suatu komunitas, secara nisbi hanya beberapa
saja yang berpengaruh mampu mengendalikan komunitas tersebut. Spesies dominan
adalah spesies yang secara ekologik sangat berhasil dan yang mampu menentukan
kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
4.
Kelimpahan nisbi. Proporsi
spesies yang berbeda dalam spesies dapat ditentukan.
5.
Struktur tropik. Hubungan
makanan spesies dalam komunitas akan menentukan arus energi dan bahan dari
tumbuhan ke herbivora ke karnivora.
D.
Karakteristik Komunitas Tumbuhan
Barbour et al,
1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) menyebutkan ada delapan sifat atau atribut komunitas tumbuhan
seperti tampak pada tabel di bawah ini.
1. Fisiognom
- Arsitek
- Life
form
- Cover,
leaf area index (LAI)
- Fenologi
|
5. Daur
nutrient
- Kebutuhan
nutrien
- Kapasitas
penyimpanan
- Laju
kembalinya nutrien ke tanah
- Efisiensi
penahanan nutrien pada daur nutrien.
|
2. Komposisi
spesies
- Spesies
karakteristik
- Spesies
umum dan kebetulan
- Arti
penting relatif (cover, densitas dll)
|
6. Perubahan
atau perkembangan
- Menurut
waktu
- Suksesi
- Stabilitas
- Tanggapan
terhadap perubahan klimatik
- Evolusi
|
3. Pola
spesies
- Spatial atau ruang
- Luas
niche dan tumpang tindih
|
7. Produktivitas
- Biomassa
- Produktivitas
bersih tahunan
- Efesiensi
produktivitas bersih
- Alokasi
produksi bersih
|
4. Diversitas
spesies
- Kekayaan
- Kerataan
- Diversitas
(dalam stand dan diantara stand)
|
8. Kreasi
dan pengendalian lingkungan mikro
|
(Syafei. 1990)
Fisiognomi, Komposisi
Spesies, dan Pola Ruang atau Spatial
a.
Fisiognomi
Fisiognomi
adalah kenampakan eksternal vegetasi, struktur vertikal(arsitektur atau
struktur biomas), dan bentuk pertumbuhan (growth form) taksa dominan.
Fisiognomi merupakan sifat yang muncul pada komunitas.
Struktur vertikal mengacu pada tinggi dan penutupan
kanopi tiap lapisan dalam komunitas.
Penutupan kanopi dinyatakan sebagai persentase tanah
yang ditutupi oleh kanopi bila kanopi diproyeksikan kebawah. Penutupan dapat
juga dinyatakan sebagai leaf area index (LAI).
b. Komposisi spesies
Komposisi
spesies suatu komunitas juga sangat penting, karena komunitas ditentukan atas
dasar floristik. Kelimpahan(abundance), arti penting (importance), atau
dominasi tiap spesies dapat dinyatakan secara numerical, sehingga komunitas
dapat dibandingkan atas dasar kesamaan dan perbedaan spesies.
c.
Susunan ruang
Susunan
ruang spesies adalah sifat lain komunitas. Individu dalam suatu spesies dapat
tertagih(distribute) secara acak atau mengelompok atau clumped (interaksi positif atau netral ),
atau terlalu memancar atau overdispered (interaksi negatif).
Arti
penting interaksi spesies dan interdependensi terhadap komunitas memperkirakan
bahwa komunitas stabil, memperlihatkan lebih banyak terjadinya interaksi
spesies pada komunitas transient/sementara.
Pemberian
komunitas berdasarkan pada fisiognomi, life form, tumpang tindih niche, adalah berguna karena
kemungkinana perbandingan stand yang terpisah jauh yang mempunyai persamaan
floristik atau tidak.
Kekayaan spesies,
kemerataa/enenness, dan keanekaragaman/ Diversitas
a.
Kekayaan spesies
Kekayaan spesies
adalah jumlah spesies dalam area pada suatu komunitas, tiap spesies nampaknya
tidak mempunyai jumlah individu sama.
b. Agihan individu antar spesies
disebut kemerataan atau ekuibilitas spesies. Kemerataan menjadi maksimum jika
semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama.
c. Diversitas spesies adalah
gabungan kekayaan dan kemerataan. Diversitas spesies adalah kekayaan spesies
yang di bobotkan leh kemerataan spesies, dan terdapat rumus untuk menyatakan
bilangan indeks tunggal. Secara biologis, diversitas adalah heterogenitas
populasi suatu omunitas.
Daur dan pola alokasi
Enam
belas elemen
telah dikenal sebagai persyaratan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan
tumbuhan tinggi: karbon, hidrogen, fosfor, oksigen, manganese, tembaga,
potassium, sulfur, magnesium, besi, boron, seng, chlorine dan molybdenum.
Komunitas
membutuhkan nutrien essensial yan tidak sama dari tamah. Komunitas memiliki
laju/rate pengambilan nutrien ke tanah
yang efisiensi daur tumbuhan-tanah-tumbuhan yanh berbeda. Nutrien dikembalikan
ke tanah dalam bentuk jatuhkan serasah.
Komunitas
suksesional awal memerlukan sedikit nitrogen tanah yang mengakumulasi sangat
sedikit nutrien di dalam jaringannya dan mengembalikan nutrien dengan cepat ke
tanah.
Stabilitas
Stabilitas adalah term yang kompleks dan mencakup
beberapa kualitas objek. Komponen stabilitas yang pertama adalah resistensi,
yaitu kemampuan komunitas untuk tetap tak berubah selama periode stres. Yang
kedua adalah daya lenting/Resilience adalah kemampuan komunitas untuk kembali
kebentuk normal setelah terjadi proses gangguan atau stres. Yang ketiga adalah
tinggal-perbedaan/variance maksudnya kemampuan komunitas untuk memperlihatkan
kelimpahan yang tinggi pada beberapa spesies. Yang ke empat adalah
kegigihan/persintenc yaitu kemampuan untuk relatif tak berubah sepanjang waktu.
BAB III
PENUTUP
1.
Komunitas ialah kumpulan dari
berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
2.
Komunitas
tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang hidup bersama pada suatu daerah.
Populasi tumbuhan ini secara genetik terdiri dari individu-individu spesies
tumbuhan dan secara ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Ekosistem
tumbuhan terdiri dari kumpulan spesies tumbuhan yang bersama-sama membentuk
suatu masyarakat tumbuhan yang disebut komunitas.
3.
Struktur komunitas
a. Kualitatif, seperti komposisi,
bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas
pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
b.
Kuantitatif, seperti Frekuensi,
densitas dan densitas relatif.
4. Sifat komunitas berdasarkanerilaku fisiologi dan keturunannya :
b. Pengumpul unsur-unsur
hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu
tumbuhan lain
c. penghasil senyawa allelokimia
d. penyelenggara berbagai relung ekologi (Ecological niches).
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana,Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Denpasar. Udayana University
Campbell, Neil A. 2004. Biologi.
Jakarta : Erlangga
Eugene. P. Odum. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Heddy,
S., S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali
http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika
http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika
Indriyanto. 2006. Ekologi
Hutan. Jakarta : Bumi Aksara
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi
Umum. Malang : UNM Press
Setiadi,
Y. 1983. Pengertian Dasar Tentang Konsep
Ekosistem. Bogor : Fakultas kehutanan IPB
Soemarwoto,
O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta : Djambanan
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB
Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: UNP
press
Wolf, Larry dan
S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta
: UGM press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar